HIMA PENDIDIKAN SEJARAH FIS UNY ADAKAN BEDAH BUKU

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) gelar bedah buku Ahli Waris Budaya Dunia: Menjadi Indonesia 1950: 1965, Jumat (25/11). Acara yang berlangsung di ruang ki Hajar Dewantara FIS UNY tersebut dihadiri Dekan FIS UNY, dosen jurusan Pendidikan Sejarah serta ratusan mahasiswa FIS UNY. Dalam sambutannya Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. berharap semoga acara ini mampu menumbuhkan kecintaan terhadap budaya serta meningkatkan optimisme dikalangan mahasiswa untuk mewujudkan kebangkitan Indonesia kedepan.

Buku berjudul Ahli Waris Budaya Dunia: Menjadi Indonesia 1950: 1965 menyajikan 18 tulisan dari para penulis berbeda tentang aktivitas-aktivitas kebudayaan orang Indonesia antara tahun 1950-1965. Menurut Dr. Agus Suwignyo, Dosen Jurusan Sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) yang tampil sebagai pembicara dalam kesempatan tersebut, secara keseluruhan buku tersebut diarahkan untuk menjawab pertanyaan seputar proses terbentuknya identitas keindonesiaan dari perspektif budaya pada tahapan politik paling dini ketika institusi negara Indonesia baru saja terbentuk. Proses itu hendak ditelusuri melalui kerja kreatif para seniman dan intelektual, dan melalui jaringan persebaran ide yang melandasi dan berkembang dari komunikasi kreatif baik pada tataran lokal, nasional maupun internasional. Dengan itu identitas keindonesian mau dipahami melalui setidaknya tiga tingkat perspektif: pada tataran lokal, nasional, dan internasional.

Lebih lanjut Agus mengatakan buku tersebut menyajikan analisis berbasis kelas sosial atas proses kreatif seni. “Jika selama ini kita disodori persepsi bahwa polemik kebudayaan melalui karya sastra tahun 1950an merupakan pertentangan para elit intelektual (analisis horizontal), maka buku ini mencoba menghadirkan keterlibatan massa rakyat melalui karya-karya seni misalnya seni peertunjukan yang pemeran dan penontonya banyak melibatkan orang jelata (analisis vertikial) sehingga dengan pendekatan analisis kelas sosial menegaskan peran budaya sebagai instrument langsung pembentukan citizenship”, paparnya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Endhiq Anang, pembicara lain sekaligus penulis buku tersebut, mengutarakan pandangannya tentang buku yang diterbitkan KITLV-Jakarta&Pustaka Larasan Denpasar. Menurut Endhiq Buku tersebut terletak pada titik didih antara dua pandangan yakni progresif dan konservatif. “Ulasan-ulasan yang ada di dalamnya masih kelanjutan dari perbenturan wacana politik dan kebudayaan yang terjadi sebelum Revolusi Agustus 1945. Kalau sebelumnya benturan seputar bagaimana jalan untuk mengusir penjajah, setelah Revolusi Agustus adu gagasan berpusat pada pandangan apakah revolusi sudah selesai atau belum”, katanya.

Endhiq menambahkan buku yang berjudul Ahli Waris Budaya Dunia: Menjadi Indonesia 1950: 1965 sudah secara luas memberikan peta proses menjadi Indonesia. Namun, imbuhnya, yang kurang dikupas dari buku ini yakni keterlibatan tentara (Angkatan Darat) dalam berbagai benturan tersebut. Padahal pada periode 1950-1965, tentara mempunyai peran penting. Acara diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab. (Eko)