MENGKAJI TENTANG KEADILAN DALAM DISKUSI ILMIAH FILM SEJARAH BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM DAN HAM

Yogyakarta - Telah berlangsung diskusi ilmiah film sejarah di ruang Ki Hadjar Dewantara, Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (21/2/2018). Diskusi ini diangkat dari dua film karya mahasiswa pendidikan sejarah FIS UNY angkatan 2014 yang berjudul “BILUR” dan “Mengeja R.I.N.D.U”. Dua karya ini secara keseluruhan digarap oleh mahasiswa pendidikan sejarah, mulai dari riset, naskah, artistik, maupun yang lainnya.

 “BILUR” merupakan film yang diproduksi oleh Satire Production karya mahasiswa pendidikan sejarah 2014 A dan “Mengeja R.I.N.D.U” diproduksi oleh HMBS Entertainment karya mahasiswa pendidikan sejarah 2014 B. Kedua film ini secara garis besar mengisahkan tentang dua tokoh yang menjadi korban dalam pelanggaran HAM pada masa lalu. Berbeda dari film-film angkatan sebelumnya yang mana mengangkat tokoh laki-laki sebagai pemeran utama, kedua film yang diproduksi oleh angkatan 2014 ini menjadikan perempuan sebagai tokoh utamanya.

Kedua film ini hadir sebagai produk akhir dari tugas mata kuliah sejarah Indonesia masa kontemporer angkatan 2014 pada semester 6. Adanya film tersebut merupakan wujud interpretasi sejarah terhadap fakta sejarah yang dikemas dalam bentuk audio visual.

“Fakta sejarah bisa diinterpretasikan dalam berbagai hal, salah satunya melalui film sejarah”, ungkap Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M.Pd, dosen pengampu mata kuliah sejarah Indonesia masa kontemporer.

“Menyoal tentang Keadilan dalam Kemelut Sejarah Indonesia” menjadi tema diskusi film yang dihadiri oleh sekitar 80 mahasiswa dari beberapa angkatan. Diskusi yang dimoderatori oleh Syarifah Aini tersebut menghadirkan Halili Hasan, MA, dosen PKnH UNY sebagai pembicara yang melihat kedua film dari sisi politik, kemanusiaan dan HAM (Hak Asasi Manusia). Selain itu, salah satu narasumber film “BILUR”, Adrian Mulya, fotografer sekaligus penulis buku “Pemenang Kehidupan” juga turut hadir dan memberikan komentar terkait kedua film.

Diskusi ini diharapkan mampu memberikan jalan alternatif untuk mengingatkan bahwa ada hal yang belum selesai dan harus diselesaikan terkait dengan korban ketidakadilan dan pelanggaran HAM.

“Dengan adanya diskusi ini dapat membantu mahasiswa maupun orang awam lebih open minded tentang film sejarah yang bisa membantu korban ketidakadilan sejarah mendapat haknya untuk hidup”, ujar Cakra, sutradara film “BILUR”.

“Diskusi ini dapat membuka pikiran bagi khalayak umum bahwa sejarah dapat kita pelajari melalui film sejarah, tidak hanya mempelajari sebuah peristiwa atau kejadian tertentu, tetapi dari sisi lain peristiwa atau kejadian tersebut”, sambung Zaki, produser film “Mengeja R.I.N.D.U”. (rns)