UPACARA DIES FIS, TEGUHKAN JATI DIRI IPS

Dies Natalis ke 47 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang digelar Jumat (14/9) di Ruang Sidang KI Hajar Dewantara  FIS UNY berlangsung khidmat. Dalam kesempatan tersebut hadir memberikan orasi ilmiah Sardiman AM,.M.Pd Dekan FIS Periode 2004-2007 dan 2007-2011 yang selanjutnya tongkat kepemimpin diserahkan pada Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Hadir memberikan selamat Wakil Rektor I, Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt, Wakil Rektor III, Dr. Sumaryanto, M.Kes, para Dekan di lingkungan UNY, Direktur Pasca Sarjana UNY, Kepala Lembaga di lingkungan UNY, Dekanat beserta seluruh jajaran pimpinan dan sivitas akademika di lingkungan FIS UNY. Dies kali ini mengusung tema “Pemantapan Jati Diri IPS Mengantisipasi Perubahan Kurikulum Persekolahan”.

Dekan FIS UNY dalam sambutan dan Laporan kinerja Dekan selama 1 tahun yang lalu menuturkan harapannya, “Mudah-mudahan peringatan Dies/Milad ke-47 Fakultas Ilmu Sosial, yang jatuh pada hari Jum’at ini, merupakan penanda dan menandai semakin menguatnya pengabdian civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial untuk memberikan yang terbaik bagi Universitas Negeri Yogyakarta.” Ujar Prof. Ajat.  Pengabdian yang diharapkan tidak saja bermakna bagi pengembangan diri setiap individu warga Fakultas Ilmu Sosial itu sendiri, tetapi juga membawa berkah dan memberkahi pengembangan dan peningkatan Fakultas Ilmu Sosial sebagai sebuah lembaga, serta memberi manfaat bagi masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Selain itu dalam dies kali ini Prof. Ajat mengemukakan bahwa FIS mampu menjawab persoalan pendidikan dan keilmuan khususnya dalam bidang keilmuan.

Lebih jauh, Sardiman dalam orasi ilmiahnya menjelaskan bahwa saat ini pengertian dan rumusan tujuan pendidikan IPS sebetulnya sudah sangat umum dan semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan IPS sudah sepakat dan tidak ada perbedaan persepsi, tetapi dalam pelaksanaannya ternyata timbul berbagai versi dan pandangan yang kecenderungannya tidak kontekstual, kurang sinkron dengan maksud dan tujuan pendidikan IPS. Oleh karena itu, untuk meneguhkan kembali jati diri IPS, Sardiman ingin menegaskan beberapa hal. “Pertama, IPS merupakan salah satu pelajaran dasar di jenjang pendidikan persekolahan. Kedua, pendidikan IPS di sekolah merupakan integrated social sciences. Ketiga. Seiring dengan pendekatan integrated yang kemudian dilaksanakan pembelajaran yang tematis maka unsur-unsur atau bidang-bidang keilmuan yang dipadukan dalam mata pelajaran IPS dapat lebih banyak, tidak hanya geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi tetapi cabang-cabang ilmu sosial lain, humaniora, bahkan juga ilmu-ilmu kealaman dan teknologi.

Keempat, dalam hal tujuan di samping beberapa tujuan yang telah dirumuskan di atas, perlu ada kerja sama dan pembagian tugas dengan PKn. Kelima, terkait dengan standar isi IPS pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis materi keilmuan sehingga melahirkan pembelajaran yang intelektualistik, perlu dilakukan revitalisasi bahkan restrukturisasi dengan menggunakan teori rekonstruksi sosial berbasis karakter (lih. Wayan Lasmawan,2009). Keenam, untuk memantapkan jati diri IPS perlu ada praktik IPS dan Lab.IPS.  Ketujuh, perlu kita sadari bahwa FIS adalah salah satu fakultas dari LPTK. Oleh karena itu, sebagai core bisnisnya ilmu-ilmu sosial yang diajarkan di sekolah (ilmu-ilmu sosial kependidikan) kemudian diberi sparing partner ilmu-ilmu sosial yang non-kependidikan. (Sari)