Seminar Pendidikan Sejarah dan Workshop Perangkat Pembelajaran secara Daring : Sejarah Merupakan Kebutuhan Bangsa

Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) DIY yang kali ini bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar Seminar Pendidikan Sejarah dan Workshop Perangkat Pembelajaran secara daring. Webinar pada hari  Sabtu, 3 Okober 2020 jam 09.00 s.d. 12.30 WIB, dengan tema Pendidikan Sejarah bagi Generasi Muda  Penting itu, dipandu oleh Lilik Suharmaji, M.Pd (Kepala Depart. Litbang AGSI DIY) dan Dr. Risky Setiawan, M.Pd. (Dosen Prodi pendidikan Sejarah UNY).

Webinar diikuti oleh guru-guru sejarah SMA/MA/SMK bahkan guru mata pelajaran lain baik dari DIY maupun daerah lain se- Indonesia itu menampilkan pembicara kunci (Keynote Speaker) Dr. Sardiman AM., M.Pd yang memaparkan tentang pembelajaran sejarah refleksi, jejak-jejak masa lampau. Sedangkan materi pengembangan perencanaan pembelajaran kooperatif dan pembuatan perencanaan pembelajaran ideal masing-masing dibawakan oleh M.Nur Rokhman, M.Pd dan Maman Nurjaya, S.Pd., MM.

Dalam sambutannya, Dr. Zulkarnain, M.Pd mengatakan bahwa kami dari Perguruan Tinggi mengamati detik, demi detik perkembangan draf kurikulum. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah UNY itu juga mengatakan Sejarah adalah kebutuhan bangsa. Sejarah digunakan oleh tiga golongan yakni pertama, sejarah digunakan sebagai alat untuk mendirikan bangsa (para pendiri bangsa), kedua, sejarah digunakan sebagai alat membentuk karakter bangsa (para pendidik) dan ketiga orang-orang yang tidak suka sejarah karena mereka tidak ada di dalamnya sehingga sejarah tidak perlu diajarkan. Apabila ada yang mereduksi pelajaran sejarah masuk golongan yang mana? Kita bisa menilai sendiri. Demikian imbuhnya.

Seminar semakin menarik  setelah Dr. Sardiman mengingatkan bahwa apabila pelajaran sejarah dijadikan pilihan di SMA dan siswa tidak memilihnya maka siapa yang mengingatkan nilai-nilai kepahlawanan? Siapa yang mengingatkan kalau Indonesia pernah dijajah? Siapa yang mengingatkan jasa-jasa para pendiri bangsa? Dosen senior di prodi pendidikan sejarah UNY itu kembali bersuara keras bahwa pelajaran sejarah benar-benar sangat dibutuhkan generasi muda. Saya tidak sreg jika di SMA sejarah tergabung dengan pelajaran IPS karena IPS sendiri masalahnya juga belum selesai. Tandasnya.

Sementara itu Nur Rokhman, M.Pd menegaskan bahwa karakter pembelajaran sejarah abad 21 adalah guru dalam pembelajaran sejarah harus ada kolaborasi dengan peserta didik dan yang paling penting dalam pembelajaran sejarah  harus ada penanaman nilai-nilai karakter terhadap peserta didik. Sekarang ini bukan zamannya lagi pembelajaran terpusat pada guru atau juga terpusat pada peserta didik tetapi sekarang harus ada kolaborasi antara guru dengan peserta didik karena dunia ini keberhasilan sebagian besar ditentukan oleh adanya kolaborasi. Demkian ucap dosen prodi pendidikan sejarah UNY itu.

Pembicara berikutnya Maman Nurjaya, S.Pd. MM. mengingatkan bahwa perencanaan pembelajaran yang ideal adalah perencanaan yang disesuaikan dengan peserta didik di sekolah sehingga perencanaan pembelajaran tidak bisa disamakan secara leterlek antara sekolah satu dengan sekolah lain. Penasihat AGSI DIY itu juga mengatakan bahwa pembuatan rencana pembelajaran harus efektif, efsien dan kolaboratif.

Asosiasi Guru Sejarah Indonesia DIY dan MGMP Sejarah se DIY mengucapkan terima kasih karena dapat bekerja sama dalam kegiatan webinar ini dengan prodi pendidikan sejarah UNY. Demikian ucap Wahyudi, S.Pd dalam sambutannya. Ketua AGSI DIY itu juga mengatakan bahwa dengan adanya penyederhanaan draf kurikulum, kami AGSI DIY menyambut dengan baik selama kurikulum itu untuk kebaikan bagi pendidikan di Indonesia. Wahyudi juga memberikan pesan bahwa akan lebih baik bagi stakeholder bijaksana agar mata pelajaran sejarah tidak direduksi karena mata pelajaran sejarah sangat urgen terhadap generasi muda. Peserta  seminar ini nantinya akan mendapatkan pendampingan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran hingga mendapatkan e-sertifikat dari Universitas Negeri Yogyakarta.