DISTRIK #1 ( DISKUSI INTERAKTIF) TEMA PERINGATAN KARTINI YANG KEHILANGAN ESENSI

Pada hari Rabu (29/04/2021) Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HMPS) melalui Divisi Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) melakukan kegiatan Dikusi Interaktif yang pertama yang bertema “ Peringatan Kartini Yang Kehilangan Esensi”. Kegiatan ini dilaksanakan melalui media Google Meet sekitar pukul 14.30 dan dimoderatori oleh saudari Diah Eka Artati. Diskusi ini menghadirkan dosen dari Pendidikan Sosiologi yakni Ibu Sasiana Gilar Apriantika, S.Pd., M.A. sebagai pemantik diskusi.
    Kegiatan ini membuka diskusi dan memberikan informasi yang berkaitan dengan esensi dan makna dari peringatan hari Kartini yang sesungguhnya. Makna tentang sebuah perjuangan untuk membebaskan wanita dari kebodohan dan menyetarakan hak – hak kaum wanita dengan kaum laki – laki. Seperti yang kita ketahui bersama setiap tanggal ini 21 April  orang – orang berbondong – bondong memperingati Hari Kartini dengan memakai kebaya, bersanggul, kemudian dilanjutkan dengan acara – acara kecil seperti lomba memasak, serta lomba berdandan layaknya 17 agustusan. Peringatan hari Kartini di masa sekarang justru dijadikan sebagai ajang lomba mengenakan kebaya dan sanggul. Padahal Kartini tak pernah sibuk berkutat dengan kebaya dan sanggul. Apa yang ia kenakan merupakan sebuah tuntutan yang harus ia patuhi pada masa itu karena ia berasal dari keluarga priyayi atau bangsawan Jawa. Untuk itulah diskusi ini diadakan dengan harapan dapat membuka wawasan serta mengembalikan kembali esensi hari Kartini yang sebenarnya.
Meskipun Kartini telah mempelopori kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan, budaya patriarkal tetap mengakar pada kehidupan sosial-budaya masyarakat Indonesia hingga kini. Kartini menyadari, bahwa ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan timbul akibat dominasi gender tertentu. Seharusnya, gagasan dan pemikiran dari Kartini dapat diimplementasikan dengan tepat, sehingga tidak ada ruang untuk mendominasi dan mendiskriminasi perempuan.  Apabila gagasan dan pemikiran Kartini diimplementasikan dengan baik, maka perempuan dapat bersanding sejajar dengan laki-laki, memiliki pemikiran kritis, dan melawan segala bentuk penindasan. (alen)