PERANAN SEJARAH DAN BUDAYA DALAM PEMBINAAN JATI DIRI BANGSA

Kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia telah mengalami kerapuhan yang sangat serius sejak tahun 1967. Saat itu, pemerintah membuka pintu selebar-lebarnya kepada investor asing untuk mengelola kekayaan alam kita. Hal itu sudah berlangsung lama, namun belum nampak keberanian untuk mengembalikan kedaulatan ekonomi itu. Bahkan, situasinya semakin memburuk. Pemerintah  seakan tak berdaya berhadapan dengan pihak asing itu. Dalam situasi begini tak ada gunanya lagi meneriakkan slogan nasionalisme karena tajinya telah tumpul di tangan anak-anak bangsa sendiri yang kehilangan jati diri. Demikian butir-butir penting yang disampaikan Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma’arif dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY).

Seminar dengan tema Peranan Sejarah dan Budaya dalam Pembinaan Jati Diri Bangsa, dibuka oleh Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. dan  dihadiri dosen, guru dan mahasiswa. Dekan FIS UNY yang juga merupakan dosen Jurusan Pendidikan sejarah FIS UNY, berharap seminar ini mampu menelurkan ide, gagasan, dan solusi terhadap permasalahan jati diri bangsa  melalui pendekatan sejarah dan budaya.

Syafii menambahkan sudah saatnya bagi para intelektual dan akademisi untuk memahami keindonesiaan ini secara lebih luas dan mendalam. Indonesia butuh lahirnya negarawan sejati yang wawasannya jauh melampaui batas umurnya sendiri. “Bagi saya seorang intelektual adalah sosok yang nurani dan akal sehatnya gelisah saat menyaksikan bangsa dan negaranya tidak terurus lagi secara baik dan bertanggung jawab” tegas Syafii.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A. (dosen Universitas Gajah Mada),   mengatakan unsur-unsur kebudayaan sebagai jatidiri bangsa membawa implikasi penting terhadap integrasi nasional. Salah satunya adalah sejarah baik nasional maupun lokal. Dalam sejarah, berbagai peristiwa masa lalu dilestarikan bahkan dikembangkan. Hal itu mampu membangkitkan pengetahuan bahwa warga bangsa tersebut merupakan suatu kolektivitas dengan ikatan sosial dan budaya tertentu. Kesadaran semacam ini akan memperkuat integrasi sosial suatu bangsa. (Eko/ls)