MINAR NASIONAL HMPS

New normal adalah perubahan perilaku atau kebiasaan untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19. Himbauan dari pemerintah ini menganjurkan agar kita bisa hidup “berdampingan” dengan virus yang telah menelan ratusan ribu jiwa di seluruh dunia. Sejak pandemi COVID-19 muncul, hampir semua orang mengalami kendala untuk menjalani kehidupan normal akibat pembatasan yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan virus Corona. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan hand sanitizer, tidak menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci, menerapkan physical distancing, serta mengenakan masker dalam setiap aktivitas, terutama di tempat umum. Kendati kehidupan dengan new normal telah dicanangkan oleh pemerintah, bukan berarti virus Corona telah hilang dan tidak lagi menjadi ancaman. Oleh karena itu, termasuk aktivitas di  museum tetap harus memperhatikan  aspek kesehatan, kebersihan, dan keamanan. Pandemic Covid 19 dan Museum( Survei ICOM)  Selama pandemic hampir  semua museum tutup. Hampir seluruh museum mengurangi kegitaannya, dan beberapa mengambil keputusan tutup selamanya.

Selama PSBB beberapa museum mengembngankan dan menguatkan aktivitas pelayanan secara digital. Sebagian besar pegawai museumWFH selama pandemic. Ketahanan museum yang juga sekaligus tantangan nya adalah bagaiman museum dapat meneruskan upayanya untuk mendorong partisipasi dalam upaya menguatkan kebudayaan. Menurut Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd selaku Kepala Museum Pendidikan Nasional dan pembicara Webminar HMPS 2020 dampak pandemic terhadap Pengelolaan museum yaitu dampak ekonomi baik jangka pendek , menengah maupun jangka panjang atas penutupan dan pengurangan aktivitas museum. 80% museum akan mengurangi kegiatan serta program-program pengembangan dan pameran. Penutupan aktivitas museum mendorong bahkan memaksa dilakukannya remotisasi interaksi dengan public melalui  pengembangan dan pemanfaatan teknologi komunikasi digital (virtual tours, social media posts, dll).Meningkatnya kebutuhan staf museum yang memiliki kompetensi dalam bidang teknologi komunikasi, pengembang progam dan konten interaktif yang kekinian.
Seminar online nasional atau yang biasa di kenal webminar nasional yang bertema ‘Museum Untuk Indonesia : Kesiapan Museum Sebagai Wahana Edukasi Sejarah dalam Menghadapi Era Adaptasi Kebiasaan Baru.’ dibuka oleh Dekan FIS Dr. Suhadi Purwantara, M.Si dan diikuti kurang lebih 370 peserta mahasiswa dan khalayak umum dari penjuru indonesia. Acara ini dimoderatori oleh Naufal Raffi Arrazaq, S.Pd., S.Ark. (Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah UNY). Pembicara lain dalam seminar ini adalah Erwin Dj, S. S (Pendiri Komunitas Malam Museum) menjelaskan tugas museum ialah pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, penyajian, publikasi dan fasilitasi. Beliau juga menjelaskan bahwa museum termasuk 9 tempat yang dapat menularkan virus corona nomor 3 dari bawah. aneka respon museum yaitu ruang pameran tetap buka , ruang pamer buka namun event reguler tutup, ruang pamer tutup aktivitas perkantoran tutup,  ruang pamer tutup pembatasan aktivitas perkantoran.

Menurut bung Erwin peran media social sangat penting dalam masa pandemic seperti ini agar museum dapat tetap berjalan dengan strategi-strategi khusus dalam penggunaan media social saat ini. Selain itu museum juga harus mengadakan event-event penting secara online agar museum itu tetap hidup walau dalam pandemi